Terdampar di Denpasar, kelaperan dan kehausan!
Setelah check in di hotel, ceritanya mau langsung cari penganjal perut di daerah Denpasar, tapi kok bingung mau makan apa ya. Hampir semua menu yang direkomendasikan untuk turis pun sudah dicoba. Selama ini sih hanya mendapat rekomendasi dari sesama traveler alias pendatang di pulau Bali yang notabene kurang referensi dengan selera lokal. Sambil mengisi bensin, iseng saya menanyakan ke Bli yang sedang duduk santai di sana. "Yang enak di Denpasar ya? Khas Bali? Nasi campur, babi guling chandra, ayam taliwang sih biasanya diminati turis," dijawabnya dengan logat khas Bali.
"Gimana kalau coba Nasi Tempong mba?"
"ehh?? apa Bli? Tempong? Apa pula itu?"
"Kalau suka pedes dan yang goreng-goreng pasti suka deh mba. Bisa pesan cumi goreng, ayam goreng kampung dan lele. Sebenarnya itu khas Banyuwangi, tapi belakangan mulai ramai di kunjungi orang Bali," dijelaskan lebih lanjut oleh Bli.
Penasaran juga, selain namanya yang memang sangat asing di telinga karena baru pertama kali saya mendengar Nasi Tempong. Akhirnya selesai isi bensin dan berpamitan, kami pun segera meluncur ke tempat makan yang di maksud. Terletak tidak jauh dari tempat kami mengisi bensin, tempat ini tidak memerlukan navigasi advanced alias nyasar dan tanya ke kanan kiri sampai senewen untuk menemukannya. Selain jalan yang gampang diakses karena terletak di jalan raya besar area parkir untuk kendaraan pun memadai.
Jadi, sebenarnya Nasi Tempong itu apa?